Menyoroti Siswa Bermasalah

Pemahaman siswa bermasalah kali pertama saya kenal ketika saya SD. Saat SD saya memahami siswa bermasalah sebagai siswa yang selalu buat ulah di sekolah, nakal, nilainya jelek, dan ujung-ujungnya orang tua di panggil oleh Wali Kelas atau langsung menghadap Kepala Sekolah.

Memasuki SMP, pemahaman siswa bermasalah sedikit terbangun ketika salah satu guru menceritakan bahwa mereka yang bermasalah adalah mereka yang hidup dalam keluarga bermasalah seperti perceraian. Di SMP siswa bermasalah pun akan dihadapkan dengan guru BK untuk diberikan sanksi.

Saat SMA saya mengamati siswa bermasalah diberikan pendampingan oleh guru BK agar dapat bertanggung jawab atas seluruh tindakannya. Bahkan siswa lain pun punya tanggung jawab untuk mengayomi agar dapat meringankan apa yang dialami siswa bermasalah. Artinya, siswa bermasalah sesungguhnya butuh perhatian, butuh motivasi, dan butuh dukungan.

Saat kuliah di FKIP, Dosen saya mengatakan bahwa permasalahan siswa bermasalah itu bukan pada siswanya tapi lebih pada orang tuanya.

Saat mengikuti kegiatan Baksos sebanyak tiga kali di sekolah yang berbeda dan melaksanakan PPL di sekolah, saya memukan bahwa siswa bermasalah adalah siswa yang hidup dalam keluarga yang tidak mengenakkan, baik itu yang mampu maupun yang tidak mampu. Mereka tidak mendapatkan perhatian dari keluarganya.

Perhatian yang saya maksud seperti arahan, bimbingan, motivasi, atau dukungan. Kemudian keluarga yang saya maksud seperti orang tua, nenek, kakek, tante, om, atau saudara terdekatnya.

Sekarang saya sudah menjadi guru dan masih menghadapi hal yang serupa dan terus memikirkan penyelesaiannya. Upaya saya hanya membangun kedekatan dengan mereka dan memberi perhatian untuk mereka. Hanya saja, pertanyaan selalu saja muncul. Apakah pada akhirnya mereka dapat berubah atau hanya nasehat Tuhan yang dapat merubah mereka? Mengapa mereka harus lahir di keluarga bermasalah? Apakah betul setiap bayi yang lahir harus menemukan sendiri jalan kebenaran saat sudah dewasa nanti?

Semua petanyaan di atas hanya Tuhan yang tahu.Tugas saya cukuplah mendidik mereka.

Leave a comment