Pak Broto, Guru Pengurangan

valpnow_com-questlove_1150-01

Ketika saya masih kelas 2 SD, soal pengurangan menjadi soal yang menakutkan. Kemampuan otak saya tidak mampu memahami proses pinjam meminjam. Menentukan hasil 14 dikurangi 8 saja saya masih kesulitan. Alat bantu yang saya gunakan untuk mengurangkan, ya, lidi-lidian. Saya harus menggambar lidi sebanyak 14 terlebih dahulu, lalu saya coret sebanyak 8, diperolehlah hasil 6.

Memasuki kelas 3 SD, saya malu kalau masih menggunakan lidi-lidian. Saya pun menggunakan penggaris sebagai alat bantu. Semisal saya mendapatkan soal 12 dikurangi 7, saya langsung memindai 12 pada  penggaris, kemudian menunjuk mundur sebanyak 7 satuan, diperolehlah hasil 5. Lebih praktis dan tidak perlu coret-coretan.

Suatu ketika rumah saya mendapat giliran pemadaman listrik dan saya ada PR matematika. Sebetulnya momen pemadaman listrik menjadi momen menggembirakan karena saya punya alasan untuk tidak mengerjakan PR. Tetapi, berhubung Bapak saya itu super disiplin, tetap disuruh mengerjakan PR. Saya diminta untuk mengerjakan PR di rumah Mbah Wagino, tetangga belakang rumah saya.

Sambil menggerutu saya mengerjakan soal pengurangan bersusun dengan tipe soal bilangan ratusan dikurangi bilangan ratusan. Contohnya 342 dikurangi 118. Bagi saya mudah karena sudah mulai paham proses pinjam-meminjam dan ada alat bantu penggaris.

Saat saya sedang memindai penggaris, tiba-tiba ada yang nyeletuk dari belakang saya.

“Weh, le, uwes kelas telu ngitunge isih nganggo penggaris?” Artinya, “Sudah kelas tiga kok berhitungnya masih menggunakan penggaris.”

Rupanya Pak Broto, anak dari Mbah Wagino, mengamati cara saya berhitung. Saya pun hanya bisa cengengesan karena malu.

Pak Broto langsung mengambil buku PR saya dan berkomentar, “Owalah, pengurangan, ngene carane nggarap sing penak.” Artinya, “Oh, soal pengurangan, begini cara mudah mengerjakannya.” Diambilnya pensil di atas meja, duduk di samping saya, dan mulai menjelaskan.

Semisal dari proses pinjam-meminjam diperoleh 13 dikurangi 4. Langkah awalnya mengurangkan 10 dengan 4 terlebih dahulu, hasilnya 6. Langkah kedua jumlahkan 6 dengan 3, hasilnya 9. Jadi hasil dari 13 dikurangi 4 adalah 9. Kira-kira begitulah cara Pak Broto mengajarkan penguranagn tanpa alat bantu hitung.

Setelah kuliah di pendidikan matematika, saya mencoba menelaah cara yang diberikan Pak Broto. Ternyata beliau menggunakan sifat komutatif operasi penjumlahan bilangan bulat.

 

13 – 4 = 10 + 3 + (– 4)
  = 10 + (– 4) + 3
  =   6 + 3
  =   9

 

Berkat bantuan Pak Broto, saya menjadi percaya diri karena tidak perlu lagi menggunakan penggaris. Sampai sekarang pun saya masih menggunakan cara tersebut dan tidak pernah hafal pengurangan 11 dengan 7. Akhirnya, pengalaman inilah yang saya jadikan prinsip bahwa matematika tidak untuk dihafalkan.

Leave a comment